Top
Modern, Nyaman, Brisbane | AZ's Blog
fade
795
post-template-default,single,single-post,postid-795,single-format-standard,eltd-core-1.2.1,flow-ver-1.7,,eltd-smooth-page-transitions,ajax,eltd-blog-installed,page-template-blog-standard,eltd-header-standard,eltd-fixed-on-scroll,eltd-default-mobile-header,eltd-sticky-up-mobile-header,eltd-dropdown-slide-from-bottom,wpb-js-composer js-comp-ver-6.4.2,vc_responsive
AZ's Blog | Indonesia Photograher / Travel  / Modern, Nyaman, Brisbane

Modern, Nyaman, Brisbane

Kemegahan sebuah kota yang berpadu dengan kenyamanan hidup di sebuah komunitas budaya.

 

Di senja yang cerah itu, untuk kesekian kalinya, saya mendatangi sebuah taman, di daerah New Farm. Tak ada banyak orang Saya meluaskan pandangan , menatap dari kejauhan Story Bridge megah diatas sungai Brisbane. Betapa mempesona. Angin di musim semi yang begitu sejuk  masih terasa dingin bagi orang di daerah tropis seperti saya.

Dibelakang jembatan itu, lampu jendela pencakar langit berpendar-pendar, pusat kota Negara Bagian Queensland. Di usianya yang lebih dari 150 tahun, kini Brissie, orang Australia menyebutnya, telah berubah menjadi kota yang menakjubkan. Walaupun modern tanpa keriuhan metropolitan. Suasana yang membumi sangat terasa di tempat ini dengan keramahan penduduk lokal yang kerap bertegur sapa.

Beberapa seniman menari pada sebuah festival budaya, di taman kota, Brisbane. © Ahmad Zamroni

Dua pesepeda menikmati kenyamanan jalur sepeda di tepi Sungai Brisbane. © Ahmad Zamroni

Perpustakaan Kota Brisbane. © Ahmad Zamroni

Pejalan kaki melewati salah satu sudut pertokoan di Kota Brisbane. © Ahmad Zamroni

 

Keindahan alamnya sangat terkenal berkat Sungai Brisbane yang melingkar-lingkar sampai ke laut dan membuat wajah kota segar berseri. Gara-gara sungai ini, penduduk aborigin menamai Brisbane: Mian-jin, daerah berbentuk paku. Di dukung oleh perekonomian yang kuat, Brisbane menjadi salah satu kota yang paling cepat berkembang di Australia. Keunikan karakter ini membekas di hati saya yang telah tinggal di sini selama  satu setengah. Rasanya baru kemaren saya datang di kesini, ke taman-taman yang indah dan hijau, tempat bermain yang nyaman bagi anak-anak.

Kenyamanan Brisbane pun tercermin di jalur transportasi. Bus kota, angkutan sungai (CityCat), dan kereta api yang menjadi alat lalu lintas utama yang tepat waktu, mirip sistem transportasi di Singapura.

Jalur khusus bagi pejalan kaki dan sepeda juga tertata rapi. Di kota seluas 4.260 kilometer persegi ini (luas Jakarta hanya seperempat Brisbane, tapi jumlah penduduknya delapan kali lipat ) kita bisa berjalan- jalan dan menggenjot sepeda tanpa takut akan kendaraan bermotor.

Dibawah Story Bridge yang dibangun pada 1935, CityCat melintas tenang. Sebuah majalah travelling terkemuka memasukkan sistem transportasi Sungai Brisbane, CityCat Ferry, ke dalam 10 top City Boat Trips, bersama dengan Venice Vaporetto di Itali, Mersey Ferry di Liverpool, Vancouver Ferries di Canada, atau Star Ferry di Hongkong.

Para pekerja menyeberang di salah satu perempatan di Kota Brisbane. © Ahmad Zamroni

Keramaian di kawasan Queen Street, Brisbane. © Ahmad Zamroni

Penari Indonesia memanti giliran tampil di kawasan Queen Street, Brisbane. © Ahmad Zamroni

Mahasiswi-mahasiswi Indonesia yang belajar di UQ menampilkan tari saman saat perayaan Kmerdekaan RI, di Queen Street, Brisbane. © Ahmad Zamroni

Bercerita tentang Brissie, demikian orang lokal biasa menyebutnya, sepertinya tidak akan lepas dari pusat kota yang penduduk lokal menyebutnya CityCity dengan Brisbane Central Bussiness Distrik (CBD) sebagai jantungnya, terletak di salah satu sisi bagian utara Sungai Brisbane. Seperti pada umumnya kota di Australia, jalur jalannya dibuat sederhana. Membentang kearah timur laut dan tenggara yang membuat pola persegi panjang. Seperti kota-kota bekas jajahan kerajaan Inggris pada umumnya jalan-jalan juga dinamai dengan nama-nama anggota kerajaan Ingris. Jalan-jalan yang membujur kearah timur laut dinamain dengan nama perempuan seperti Queen Street, Elizabeth Street, Mary Street, Alice Street, dan Adelaide Street. Sedangkan jalan yang membujur ke arah Tenggara dinamai dengan nama laki-laki seperti Edward Street, Albert Street dan William Street.

Queen Street merupakan jalan utama kota kosmopolitan ini. Jalan ini sekarang telah berubah menjadi jalur mal bagi pejalan kaki dan  sudah tidak dilewati kendaraan bermotor. Disini ada Queenstreet Mall dengan menawarkan barang-barang dari Paris. Di bahu jalannya yang cukup luas kita bisa menjumpai kafe-kafe yang bersih dan cozy. Tapi penduduk kota ini tidak tampak berjejal-jejal di mal.  Mereka lebih memilih berjalan-jalan di pinggir sungai atau menyambangi pasar-pasar akhir pekan yang sering diadakan dibeberapa tempat.

Brisbane menawarkan semua fasilitas dan layanan yang diharapkan dari sebuah kota besar modern. Namun Brissie tetap tetap memelihara kehidupan rileks dan tenang tanpa kemacetan lalu lintas juga polusi. Ditengah masyarakat multi-budaya, ia menawarkan pula kebebasan pribadi yang luas dan penuh. Membuat saya selalu merindu.

 

Wellington Point pier, sekitar 25 km dari Kota Brisbane. © Ahmad Zamroni

 

Pemandangan dari CityCat Ferry yang menjadi salah satu transportasi andalan Kota Brisbane.

 

Warga dengan membawa bendera mengikuti peringatan ANZAC Day, di Brisbane.

 

orang-orang tua bersantai menikmati keramaian Ipswich, 40 km dari Kota Brisbane. © Ahmad Zamroni

 

Seorang pengunjung dengan topi khas daerah pedesaan di Australia menikmati salah satu permainan di Ekka, Brisbane. © Ahmad Zamroni

 

Warga Brisbane menikmati Ekka, salah satu festival yang terkenal di Brisbane. © Ahmad Zamroni

 

Puluhan wisatawan memanjat Story Bridge untuk menikmati indahnya pemandangan saat tenggelamnya matahari di Brisbane. © Ahmad Zamroni

 

Pemandangan Story Bridge saat Pesta kembang api dalam rangka penutupan River Festival dengan latar belakang gedung-gedung di pusat kota Brisbane, Australia. © Ahmad Zamroni

 

7 Comments
  • roni

    Hi Cak Heri, Thanks, kenangan memang selalu indah untuk diingat. Semoga kita bisa mendapat kesempatan untuk berkunjung dan belanja-belanja lagi.

    October 29, 2010 at 2:18 pm
  • Heri Chest

    Subhanallah. Bang Ron cerita anda membawa saya bernostalgia kembali ke sebuah kota yang saya cintai. Kota yg bukan hometown saya namun mampu menarik hati saya utk terus mengenangnya….

    October 28, 2010 at 5:02 am
  • Roni

    fdbaabfbaabbab

    June 28, 2010 at 2:03 pm
  • roni

    Memang susah membandingkan suatu tempat, semacam membandingkan makanan, sate dan bakso misalnya, masing-masing mempunyai cita rasa tersendiri.

    June 21, 2010 at 2:27 am
  • roni

    Memang susah membandingkan suatu tempat, semacam membandingkan makanan, sate dan bakso misalnya, masing-masing mempunyai cita rasa tersendiri.

    June 20, 2010 at 7:27 pm
  • nurulkey

    sempat membandingkannya dg jogja dr kenyamanan dan aktifitas budayanya. tapi jogja tidak megah dan modern. bandung juga tidak. semarang bisa jadi akan setipe dengan brisbane. senja dari story bridge ya? hhmmm.. ini yg belum pernah. sampaikan salamku untuk brissi. kapan lagi ya bisa kesana?

    June 11, 2010 at 2:43 pm
  • nurulkey

    sempat membandingkannya dg jogja dr kenyamanan dan aktifitas budayanya. tapi jogja tidak megah dan modern. bandung juga tidak. semarang bisa jadi akan setipe dengan brisbane. senja dari story bridge ya? hhmmm.. ini yg belum pernah. sampaikan salamku untuk brissi. kapan lagi ya bisa kesana?

    June 11, 2010 at 7:43 am

Post a Comment

})(jQuery)