Tangisan Serigala Setelah Memenangkan Lomba Foto
Fotografer yang dinobatkan menjadi “wildlife photographer of the years“ oleh The Natural History Museum di London boleh sangat kecewa saat panitia membatalkan hadiah sebesar £10.000 atau sekitar 125 jut rupiah setelah para juri menemukan dugaan yang cukup kuat bahwa sang fotografer menyewa serigala Iberian yang terkenal sangat langka di Spanyol untuk difoto.
Juri dari anugerah yang diikuti oleo lebih dare 43.000 peseta dare 94 negara ini mengatakan, bahwa mereka meyakini José Luis Rodriguez, fotografer yang berkebangsaan Spanyol ini menyewa serigala yang bernama ‘Ossian‘ dari kebun binatang di Madrid, sangat berbeda dengan yang diklaim oleh fotografer bahwa gambar tersebut diambil di alam liar setelah berbulan-bulan dengan sabar mengikuti jejak spesies langka ini.
Peraturan dari kompetisi ini memang melarang menggunakan model (binatang yang disewa) dalam foto-foto yang akan dilombakan dan setelah juri memutuskan hal tersebut, panitia kemudian menurunkan foto Rodiguez dari ruang pameran yang digelar di musium di kota London. Tidak hanya itu, dia juga dilarang untuk mengikuti kontes foto ini lagi, hal yang tentunya paling menyedihkan dari pendiskualifikasian foto yang berjudul “The Storybook Wolf”.
Rodriguez tentunya menyangkal keras tuduhan ini. Berdasar website pribadinya fotografer ini merupakan kontributor dari banyak jurnal ekologi dan telah menekuni bidang ini kurang lebih 30 tahun yang tentunya dengan foto-foto yang memukau.
“Yang saya ingat waktu itu, Ohhh Tuhan, ini benar-benar serigala liar, sebuah prestasi yang sangat luar biasa,” kata Mark Carwardine, salah satu juri dalam anugerah foto yang sangat prestisius didunia fotografer satwa tersebut. “Saya tidak mengerti sama sekali apa yang dipikirkannya, orang-orang pasti sangat kecewa,” tambahnya.
Alam liar memang begitu indah dan sangat menggoda. Tidak hanya buat orang kebanyak, tapi juga para fotografer baik amatir maupun profesional. Gambar-gambar yang sangat memukau hampir dihadirkan tiap hari begitu mudahnya dengan era digital ini.
Yang menjadi pertanyaan berikutnya bagi para fotografer, mampuka kita menceritakan keindahan yang menakjubkan itu kepada penikmat gambar secara jujur, apalagi setelah kita memasuki ranah-ranah jurnalistik. Atau hanya sekedar mengedapkan ego kita, akan gambar yang ‘bagus’, tanpa memperdulikan nilai-nilai yang bisa dipandang ‘lebih’ oleh sebagian orang. Tentunya hal tersebut merupakan masalah pilihan dan hanya anda (para fotografer) yang bisa menjawabnya.
Diterjemahkan dari berbagai sumber.
roni
Siyappp kumendan. Udah di Jakarta dan siap nemenin blusukkan lagi. Kembali muda kembali.. 🙂
roni
Hi Sony, terima kasih komentarnya. Sebenarnya bukan dari juri awalnya. Foto tersebut malahan sudah sempat dipamerkan di Musium tersebut, namun ada orang yang mengenali serigala tersebut maka juri kemudian melakukan investigasi, tidak satu atau dua hari tapi sampai berminggu-minggu. Masalah kreatifitas, memang itu masalah pilihan. Tidak ada ‘dosa’ di dalamnya. Semua sah-sah saja. Cuma yang perlu diingat dalam foto tidak hanya ada objek yang di foto dan ‘pemirsa’ yang menilainya. Tapi lebih banyak foto adalah ‘cerminan’ fotografer itu sendiri. Bisa fikiran, semangat, kreatifitas, dan juga hatinya. Tetap berkarya.
cavernicoles
Nih, aku tambah satu hits lagi …,
masih mending kalo yang difoto yang gedhe2 .. gimana kalo moto yang kecil2 terus nyuruh bergaya … wah …
ayao pakdhe .. moto yang kecil-kecil … nanti aku temeni.. tapi di gua yaaa…
Sony Asgar
Jurinya sangat jeli, btw kalau melihat foto-foto hasil juara lomba kadang memang terpikir juga kalau objek yang ada di foto adalah model yang mendapat arahan dari fotografernya, atau lebih jauh fotonya memang sudah di setting. Namun ini mungkin juga kembali ke peraturan lombanya, kalau membolehkan mungkin ya gak apa-apa juga, tinggal kreatifitas fotografernya kali… thanks for the info…