Top
'Mooi Ende' di Bagian Selatan Flores | AZ's Travel
fade
3848
post-template-default,single,single-post,postid-3848,single-format-standard,eltd-core-1.2.1,flow-ver-1.7,,eltd-smooth-page-transitions,ajax,eltd-blog-installed,page-template-blog-standard,eltd-header-standard,eltd-fixed-on-scroll,eltd-default-mobile-header,eltd-sticky-up-mobile-header,eltd-dropdown-slide-from-bottom,wpb-js-composer js-comp-ver-6.4.2,vc_responsive
AZ's Blog | Indonesia Photograher / Travel  / ‘Mooi Ende’ di Bagian Selatan Flores

‘Mooi Ende’ di Bagian Selatan Flores

Di sebuah bukit yang menghadap ke laut, bukit ‘cinta’ kebanyakan orang Ende menyebutnya, saya menikmati senja. Rerumputan yang berwarna hijau-kebiruan terlihat begitu indah, kontras dengan langit yang berubah menjadi jingga. Tidak ada siapa-siapa, hanya desiran angit yang cukup kuat. Begitu terpesonanya saya dan tanpa terasa hari sudah berubah gelap.

Ibu Siti Hawa menenun di samping rumahnya di Maunggora, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni © 2022
Nanganesa, sebuah nama pantai yang terdapat di antara desa nanganesa dan desa manulondo Kecamatan Ndona Kabupaten Ende. Pantai Nanganesa sejak lama dikenal sebagai salah satu obyek wisata di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni

Travelling kota Ende di Nusa Tenggara Timur, Indonesia, rasanya tidak akan lepas dari Sukarno, Danau Kelimutu dan tenun. Setidaknya tiga hal tersebut yang sering dibincangkan dalam cerita perjalanan salah satu kota di bagian selatan Pulau Flores ini.

Sudah menjadi pemahaman umum, Bung Karno, calon presiden pertama Indonesia, selama empat tahun (14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938), diasingkan di kota ini oleh Pemerintah Hindia Belanda. Karena tidak terlalu banyak hiburan di Ende, Sukarno kemudian menjadi lebih banyak membaca dan berpikir ketimbang sebelumnya. Banyak pemikiran tentang mendirikan negara Indonesia merdeka dan ide-ide Pancasila yang kelak menjadi dasar negara dimulai di tempat pengasingan ini.

Koleksi buku tentang Soekarno di Rumah Pengasingan Bung Karno, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Wisatawan di Rumah Pengasingan Bung Karno, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Rumah Pengasingan Bung Karno, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Pasar Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Biarawati dan calon biarawati berdoa di Kapel Biara CSV Ndona, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Kerja boleh tapi tetep jangan lupa ngopi enak. Warung kopi (cafe) Mokka Coffee, Ende, bisa menjadi tempat dan pilihan yang mengasyikkan. Coba saja. Photo by Ahmad Zamroni
Pantai Ria, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Jagung mbose, ikan kuah santan, Ubi cincang, ikan kuah asam, nasi kacang, di Rumah makan Khalilah, Ende, NTT. Photo by Ahmad Zamroni
Portrait anak-anak Ende di depan dinding batu di Gedung Imakulata, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni

Setelah sejarah, danau tiga warna Kelimutu yang berada di kabupaten ini juga menjadi daftar kunjungan saya. Tentu saja, karena keindahannya, danau ini menjadikannya sebagai salah satu keajaiban dunia dari tanah Flores. Walau cukup memakan waktu dari 3 hari perjalaanan yang saya punya, tapi daya tarik danau ini sepertinya sangat sayang untuk dilewatkan.

Danau Kelimutu, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Para nelayan bersiap untuk melaut mencari ikan di Pantai Nanganesa yang terletak di antara desa nanganesa dan desa manulondo. by Ahmad Zamroni

Selebihnya saya menyusuri beberapa daerah Ende secara bebas saja. Ke pasar, pedesaan, pantai, dan lainnya tanpa rencana yang pasti. Mencoba merasakan denyut keistimewaannya dan debar setiap kejutan yang  ditawarkan. Belajar lagi tentang hidup dan memperkaya kenangan. Lewat pemandangan dan karakter dari portrait kehidupan.

Blue Stone, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Ibu Maria (64), satu warga Kampung Adat Wologai melintas didepan rumahnya.  Kampung yang terletak di ketinggian sekitar 1.045 mdpl merupakan salah satu kampung adat tersisa yang masih ada di Flores. Diperkirakan usianya sudah sekitar 800 tahun.Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Ibrahim (47) pedagang tenun di Pasar Ende. Photo by Ahmad Zamroni
Ibu pedakang kain tenun di pasar Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Photo by Ahmad Zamroni
Potret Muhammad Nemen (54), pedagang tenun di Pasar Ende. Photo by Ahmad Zamroni
Potret Nanti, pedagang pasar Ende. Photo by Ahmad Zamroni


 

 

Pedagang menjual sayur dan buah-buahan hasil pertanian di sekitar kawasan Gunung Kelimutu, Desa Nduaria, Ende, NTT, INDONESIA. Photo by Ahmad Zamroni
Pedagang menjual sayur dan buah-buahan hasil pertanian di sekitar kawasan Gunung Kelimutu, Desa Nduaria, Ende, NTT, INDONESIA. Photo by Ahmad Zamroni
Potret Mama Suna, pedagang sayur dan buah-buahan di pasar tradisional di sekitar kawasan Gunung Kelimutu, Desa Nduaria, Ende, NTT, INDONESIA. Photo by Ahmad Zamroni
No Comments

Post a Comment

})(jQuery)