Top
Sritex: Raksasa yang Tumbang di Pusaran Utang | AZ's Blog
fade
139887
post-template-default,single,single-post,postid-139887,single-format-standard,eltd-core-1.2.1,flow-ver-1.7,,eltd-smooth-page-transitions,ajax,eltd-blog-installed,page-template-blog-standard,eltd-header-standard,eltd-fixed-on-scroll,eltd-default-mobile-header,eltd-sticky-up-mobile-header,eltd-dropdown-slide-from-bottom,wpb-js-composer js-comp-ver-6.4.2,vc_responsive
AZ's Blog | Indonesia Photograher / Editorial  / Sritex: Raksasa yang Tumbang di Pusaran Utang

Sritex: Raksasa yang Tumbang di Pusaran Utang

Sritex dinyatakan pailit, menyebabkan lebih dari 11.000 karyawan terkena PHK ; Sritex pernah berjaya sebagai raksasa tekstil, melewati krisis, dan meraih banyak penghargaan ; Krisis ekonomi, pandemi, dan utang membuat Sritex tumbang dan tak bisa diselamatkan.

Dulu, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) adalah simbol kejayaan industri tekstil Indonesia. Ribuan karyawan memenuhi jalanan saat jam pergantian shift, mesin-mesin beroperasi tanpa henti, dan seragam militer hasil produksi mereka dikirim ke berbagai penjuru dunia. Tak hanya itu, jika pernah berbelanja pakaian di Walmart, H&M, Target, K-Mart, atau Jones Apparel, besar kemungkinan produk yang Anda beli dibuat oleh tangan-tangan terampil karyawan Sritex. Perusahaan ini bukan sekadar pemain lokal, tetapi raksasa yang menguasai pasar tekstil global.

Keberhasilan Sritex tidak diraih dengan mudah. Perusahaan ini mampu bertahan melewati berbagai krisis ekonomi, termasuk Krisis Moneter 1998, dengan pertumbuhan yang luar biasa. Pada tahun-tahun berikutnya, Sritex terus menorehkan prestasi, dari ekspansi global hingga penghargaan bergengsi seperti Businessman of the Year 2014 dari Forbes Indonesia, Best Performing Listed Companies 2016 dari Majalah Investor, dan berbagai rekor MURI. Tak hanya itu, perusahaan ini juga berhasil menerbitkan obligasi global senilai ratusan juta dolar, menjadikannya salah satu pemain utama dalam industri tekstil dunia.

Photo by Ahmad Zamroni © 2024
Photo by Ahmad Zamroni © 2024
Photo by Ahmad Zamroni © 2024
Photo by Ahmad Zamroni © 2024

Namun, setelah hampir enam dekade, kejayaan itu berakhir. Lebih dari 11.000 karyawan kini harus menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK) per 1 Maret 2025 setelah Pengadilan Niaga Semarang menetapkan Sritex dalam status pailit. Perusahaan yang dimulai dari kios kecil di Pasar Klewer, Solo, pada 1966 ini pernah berkembang pesat di bawah kepemimpinan H.M. Lukminto, hingga menjadi pemasok seragam militer untuk NATO dan berbagai negara lainnya. Sayangnya, badai ekonomi global, pandemi, serta persaingan ketat dalam industri tekstil membuat keuangan perusahaan makin rapuh.

Sejak 2022, gugatan dari para kreditur, termasuk PT Indo Bharat Rayon, menambah beban finansial yang tak tertanggungkan. Utang yang terus menumpuk membuat Sritex akhirnya tak bisa diselamatkan. Kini, warisan kejayaan perusahaan ini tinggal menjadi bagian dari sejarah industri tekstil Indonesia—pengingat bahwa bahkan raksasa sekalipun bisa tumbang jika tak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Semoga seluruh karyawan yang terdampak mendapat jalan terbaik untuk melanjutkan kehidupan dan karier mereka.

Photo by Ahmad Zamroni © 2024
Photo by Ahmad Zamroni © 2024
Photo by Ahmad Zamroni © 2024

All Photographs by © Ahmad Zamroni 2025

Poret Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto © Ahmad Zamroni

Potret Alm. Bapak Lukminto, sang pendiri Sritex di tahun 1966 dengan nama ‘UD Sri Redjeki’. © Ahmad Zamroni

No Comments

Post a Comment

})(jQuery)