Pada Maret 2011, saya mendapat penugasan dari Forbes Indonesia Magazine untuk bertemu dengan Bapak Hari Darmawan, di rumah yang sudah beliau diami selama 3 dekade. Rumah yang asri di area Taman Wisata Matahari, Puncak, Bogor. Pak Hari adalah pendiri dari Matahari Department store. Sebuah mall yang sangat terkenal di era saya. Barangkali menjadi department store pertama di kota-kota teman-teman saya pernah tinggal.

Ia membuka gerai pertama Matahari pada 24 Oktober 1958. Gerai tersebut di gedung dua lantai seluas 150 meter persegi di Pasar Baru, Jakarta. Pada 1980-an, Matahari membuka cabang-cabangnya di hampir semua kota besar di Indonesia.

Hari Darmawan, the founder of Matahari Department Store. Photo by Ahmad Zamroni

Ada banyak hal yang beliau ceritakan di pertemuan itu, tapi ada satu hal yang saya ingat betul sampai saat ini. Sudah tentu tentang pengambilalihan Matahari oleh Grup Lippo.

Saya harus memilih antara bisnis dan keluarga. Cukup adalah cukup.

“Banyak orang bilang bahwa pengambilalihan ini sebuah keputusan yang kurang tepat karena perusahaan itu tumbuh begitu pesat. Namun pesatnya bisnis itu tentu harus dibayar dengan perhatian yang besar yang akan menghabiskan waktu saya. Saya harus memilih antara bisnis dan keluarga (istri dan anak beliau sakit waktu itu). Dan saya memilih keluarga. Cukup adalah cukup”, begitu kurang lebih cerita beliau waktu itu.

Selamat jalan Bapak Hari Darmawan,
Terima kasih telah sudi meluangkan waktu bertemu dengan kami.

Photo by Ahmad Zamroni

Hari Darmawan, the founder of Matahari Department Store. Photo by Ahmad Zamroni