Top
Ahmad Zamroni: Kreativitas dalam Keterbatasan untuk Portrait | AZ's Blog
fade
3628
post-template-default,single,single-post,postid-3628,single-format-standard,eltd-core-1.2.1,flow-ver-1.7,,eltd-smooth-page-transitions,ajax,eltd-blog-installed,page-template-blog-standard,eltd-header-standard,eltd-fixed-on-scroll,eltd-default-mobile-header,eltd-sticky-up-mobile-header,eltd-dropdown-slide-from-bottom,wpb-js-composer js-comp-ver-6.4.2,vc_responsive
AZ's Blog | Indonesia Photograher / Editorial  / Ahmad Zamroni: Kreativitas dalam Keterbatasan untuk Portrait

Ahmad Zamroni: Kreativitas dalam Keterbatasan untuk Portrait

“Perlu kreativitas untuk merencanakan pemotretan dalam waktu yang terbatas.” 

Ahmad Zamroni banyak membuat portrait editorial untuk majalah bisnis di tempatnya bekerja sekarang . Seringnya, ia memotret CEO atau figur-figur penting lainnya dalam perusahaan. Tidak semua penugasan yang dilakukan dapat disiapkan dengan matang. Jadwal CEO yang padat membuatnya harus menyesuaikan dengan waktu yang tersedia. “Terkadang mendadak, waktu memotret pun kadang hanya 15-30 menit. Di situ tantangannya.”

Inilah beberapa hasil bidikan Ahmad Zamroni. Ia memotret banyak figur, (searah jarum jam), termasuk Joe Taslim (aktor), Sunaryo Soetono (seniman), Hilmi Panigoro (Presiden Direktur Medco Energi Internasional), Erastus Radjimin (CEO Artotel Indonesia), Chairul Tanjung (Chairman CT Corp.), dan Tjipto Widodo (President Comissioner BW Group).
Inilah beberapa hasil bidikan Ahmad Zamroni. Ia memotret banyak figur, (searah jarum jam), termasuk Joe Taslim (aktor), Sunaryo Soetono (seniman), Hilmi Panigoro (Presiden Direktur Medco Energi Internasional), Erastus Radjimin (CEO Artotel Indonesia), Chairul Tanjung (Chairman CT Corp.), dan Tjipto Widodo (President Comissioner BW Group).

Latar belakangnya sebagai jurnalis foto membuatnya dapat berpikir lebih cepat dalam menentukan visualisasi yang akan dibuat.  “Jurnalis terbiasa bekerja dalam situasi yang tidak ideal. Dalam waktu yang terbatas tersebut, sambil melihat-lihat kantor mereka, saya menentukan sudut mana yang bagus untuk dijadikan lokasi pemotretan.  Perlu kreativitas untuk merencanakan pemotretan dalam waktu yang terbatas,” jelasnya.

Dalam pengerjaannya,  Roni tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis foto. “Lima puluh persennya adalah soft skill. Membuat pendekatan agar membuatnya nyaman. Membangun interaksi dan membaca mood. Orang yang banyak saya temui adalah CEO, yang cenderung tidak mau diperintah. Kita mesti pintar-pintar melakukan pendekatan. Dan tidak ada rumus yang pasti,  semua orang itu beda-beda.”

Hal terpenting yang juga ditekankan Roni dalam membuat portrait adalah peruntukkannya.

“Portrait ini akan dipakai untuk apa dan mengisahkan apa, ini akan menentukan pendekatan foto dan teknis foto. Yang kita foto itu bukan benda mati. Kita memotret mereka sebaga manusia. Tentukan kisah dan karakter seperti apa yang ingin ditampilkan,” jelas Roni.  “Tidak semua orang harus tersenyum, jika memang karakternya ‘murung’, pemikir, tampilkan seperti itu.  Mereka punya perasaan.”

Meski terkadang dilakukan dalam situasi yang tidak ideal, sejatinya editorial juga membutuhkan foto portrait yang sesuai dengan cerita atau tulisan yang menyertai foto. “Tidak jarang fotografer harus mengkonsep pemotretannya terlebih dahulu untuk mendapatkan cerita yang sejalan dengan informasi yang disampaikan.”

Membuat foto menarik untuk portrait memang penuh tantangan. Apalagi jika ingin membuat foto dengan kesan berbeda. “Subjeknya boleh sama, tapi orang bisa mengetahui bahwa itu adalah foto kita karena menampilkannya dengan berbeda.”

“Uniknya portrait itu meski terkadang standar, dapat memberikan cerita, memberikan memori. Apalagi untuk portrait editorial, yang sejak awal mereka memang sosok menarik dan layak ditampilkan.”

Tentang Ahmad Zamroni

  • Fotografer yang saat ini bekerja sebagai editor foto di Forbes ini memulai karir sebagai fotografer Kompas Cyber Media pada 2002 sebelum akhirnya bergabung dengan agensi foto Agence France-Presse (AFP).
  • Roni menjadi salah satu penggagas website 1000kata.com, ia juga membangun agensi foto Hati Kecil Visuals.
  • Pernah menerbitkan buku foto berjudul ‘NESW’ bersama tiga fotografer lainnya pada 2014. Setahun berikutnya, ia berkolaborasi dengan sembilan fotografer lainnya dalam buku foto #iniNegriku A VISUAL JOURNEY.
  • Kunjungi karya Ahmad Zamroni lainnya di akun Instagram @roni_az dan www.ahmadzamroni.com.

*Artikel dimuat di majalah Digital Camera Indonesia 93 Mei 2017

 

 

#RoniAZPortraiture Portrait of Ciputra close to his favorite flower at Jakarta – For three decades, Ciputra has been shaping the country’s skylines. At 86, he’s still at work, including a goal to improve the country’s entrepreneurial skills. Ciputra established Ciputra Group as a family business in 1981. The company was established on 22 October 1981 under the name of PT Citra Habitat Indonesia. However, on 28 December 1990, the company changed its name to PT Ciputra Development which is used until now. Which by the late 1990s, the company consisted of forty business in the property and finance sectors. Photo by @roni_az #portrait #portraitphotography #photographer #indonesia #1000kata #entrepreneur #entrepreneurship #editorial

A post shared by Roni 🌀 αнмα∂zαмяσиι (@roni_az) on

Maya Tamara Principal / Artistic Director at Namarina Ballet @namarinaballet #PotraitOfFamousID #WanitaIndonesiaHebatAZ #RoniAZPortraiture

A post shared by Roni 🌀 αнмα∂zαмяσиι (@roni_az) on

Martha Tilaar is one of the pioneers of women entrepreneurship in the country. She started her business career in 1970 with a small beauty salon in her parent’s garage, a 6 by 4 meter area. She grew the business into cosmetics, spas and a string of beauty salons. In 2011, one of her companies, PT Martina Berto, went public. #WanitaIndonesiaHebatAZ ⬅️ #RoniAZPortraiture

A post shared by Roni 🌀 αнмα∂zαмяσиι (@roni_az) on

No Comments

Post a Comment

})(jQuery)